Monday, April 6, 2020

PEMBELAJARAN EFEKTIF DI ERA COVID’19


PEMBELAJARAN EFEKTIF DI ERA COVID’19   

Narasumber : Drs. INDRA CHARISMIADJI, M.Pd.
Pengamat Pendidikan (live Streaming di JakTV)
Sabtu, 30 Maret 2020


Oleh :
SITI FATONAH, S.Pd., M.Psi.


Seringkali saat mengalami masalah, kita merasa putus asa.
Ternyata dibalik semua itu , masalah tersebut membawa diri kita menuju kepada kematangan hidup dan memberikan kekuatan pada diri kita.
Maka tegarlah saat dihadapkan dengan berbagai masalah.
Karena hal tersebut yang akan menjadikan kita
pribadi yang kuat dan tangguh.

Pandemik Virus Corona yang mewabah di seluruh dunia, membuat suatu perubahan besar pada kehidupan umat manusia. Semua pada menjaga diri untuk tidak terkena virus corona. .  Semua negara mengantisipasinya dan melakukan pencegahan melalui sosial distancing. Dan selama ini masih belum ada perubahan yang membaik, tetapi korban menjadi semakin banyak, maka pemerintah melakukan peningkatan status menjadi physical distancing. Hal ini juga merubah pola kehidupan dan pola kebiasaan semua warga dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Banyak wilayah melaksanakan karantina wilayah untuk mencegah menyebarnya covid’19. Dan ini merupakan kebiasaan yang diluar kebiasaan.

Perubahan itu juga terjadi pada dunia pendidikan. Untuk mengantisipasi supaya siswa-siswa tidak terkena covid’19, pemerintah menginstruksikan bahwa semua siswa , baik dari Playgroup, SD, SMP, SMA dan PT harus belajar di rumah.   Karena belajar dirumah, maka Bapak ibu gurupun diminta untuk aktif memberikan pembelajaran lewat daring atau pembelajaran jarak jauh.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo, saat konferensi pres, televisi JakTV, tertanggal 30 Maret 2020, pukul19.00, diacara Generasi Mecin,  menyampaikan bahwa “Covid’19 sangat mengganggu di dunia pendidikan di tanah air bahwa pemerintah telah melakukan kebijakan belajar dari rumah untuk mencegah penyebaran Covid’19.  Situasi ini membawa dampak pada rencana Ujian Nasional di tahun 2020. Ada 8,3 juta siswa yang harusnya, mengikuti Ujian Nasional, dari 106.000 satuan pendidikan di seluruh tanah air.

Dengan kejadian Covid’19, sebenarnya banyak pertanyaan yang mengarah keefektifan pembelajaran di dalam pola pendidikan Indonesia. Sebenarnya tidak mendadak, karena, Indonesia masuk ke dunia digital itu sudah 20 tahun yang lalu.  Artinya bukan suatu hal yang baru,  hanya memang dunia pendidikan di Indonesia terlambat untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.

Bila membicarakan keefektifan,  memang tergantung individu masing-masing. Tetapi di era kerja atau era belajar sekarang memang harus memanfaatkan teknologi digital. Belajar dan bekerja tidak harus bertatap muka , dan tidak harus ketemu langsung tapi yang penting adalah tujuan belajarnya.

Menurut UNESCO, Learning how to learn ada empat pilar. Yang pertama Learning to know ( Belajar untuk tahu), Learning to do( Belajar untuk melakukan ),  Learning to be( Belajar untuk menjadi sesuatu ) dan Learning to live together (Belajar untuk hidup bersama ).  Semua itu adalah pilar dari dunia pendidikan.  Fokusnya adalah ke What to learn (apa yang dipelajari) , bukan ke How to learn  itulah esensi dari dunia pendidikan.  


Sebenarnya Ujian Nasional akan dihapus mulai tahun depan, itu sesuai dengan Permendikbud Nomer 43 tahun 2019. Tetapi karena adanya Covid’19,  maka  setahun lebih cepat penghapusan Ujian Nasional. Dan penghapusan inipun berpengaruh kepada kebijakan pada proses seleksi siswa masuk ke perguruan tinggi. Tujuan dari UN adalah sebagai pemetaan,   sampai sejauh mana mutu pendidikan di masing-masing sekolah. Problem UN yang ada sekarang masih mengukur apa yang dipelajari. Yaitu What to learn (Apa yang dipelajari), bukannya How to learn. Sebetulnya substansi UN di era sekarang ini tidak ada. Karena menurut beliau,  anak itu dididik  keahliannya adalah untuk  keahlian mengerjakan tes, bukan keahlian ilmunya dan bukan cara belajarnya. Dan beliau mengatakan bahwa beliau  sering menyebutnya sebagai  ilusi pembelajaran, bukan pembelajaran yang sesungguhnya.
Seharusnya sisi positif kondisi musibah ini,  bisa me reset sistem  pendidikan kita yang selama ini sudah kesasar akan kembali lagi ke arah yang sesungguhnya. Dari situasi ini, karena belajar dirumah, ada beberapa curhatan dari siswa dan mahasiswa , dan juga dari guru dan dosen ,  bahwa terlalu banyak tugas  yang diberikan. Kalau dulu biasanya kuliah 3 SKS yang paling lama 2 jam di kelas sekarang,  1jam kuliah bisa sampai seharian. Karena mengerjakan tugasnya.

Diera sekarang bukan how to learn lagi tapi dibutuhkan ketrampilan  bagaimana mereka bisa memecahkan masalah problem solving,  bagaimana mereka bisa berpikir kritis, bagaimana mereka bisa berkolaborasi, mereka bisa berkomunikasi dengan baik, mereka bisa kreatif, mereka bisa melakukan inovasi yang dibutuhkan. Jadi belajar “apanya” sekarang sudah tidak penting karena mau belajar apapun tinggal ketik di Google,  ada semua.  Tapi harus bisa  membedakan mana informasi yang benar mana yang salah.  mana yang hoack, mana yang ada tujuan ilmiah atau opini yang mempunyai maksud tertentu.  Mereka Harus bisa melakukan filterisasi yang menghasilkan prestasi   dan itulah tugas dan bantuan sebagai seorang pendidik.

Yang diinginkan adalah pembelajaran yang efektif,  yang memudahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran dirumah. Contohnya projek  best learning dalam mengatasi wabah Covid’19, kita melihat imbasnya terhadap dunia begitu besar dan ini tidak hanya pada sisi kesehatan, dari sisi ekonomi ,  sisi sosial, sisi pendidikanpun juga berdampak. Yang baku, mampu atau tidak siswa tersebut memecahkan masalahnya dan mengambil solusi   untuk menghadapi problem-problem tersebut , yang diambil dari pemikiran dia sendiri. Tetapi harus didukung dari sumber-sumber yang sudah diuji kredibilitasnya.
Mampu tidak siswa mencari teori dari sumber yang bisa dipertanggung jawabkan. Karena terkadang banyak siswa mengambil referensi atau  teori-teori dari wikipedia yang bukan referensi academy.  Yang diambil dari blog orang yang gak jelas.  Padahal seharusnya Mereka sudah terbiasa menampilkan referensi dari dokumen yang mereka tampilkn dari sebuah problem solving . Atau solusi yang mereka tawarkan dalam kasus yang sekarang kita hadapi. Dan bentuk solusinya itu bermacam-macam. Tidak harus diajari. Solusinya itu dalam bentuk  tulisan. Tulisannya bisa bentuk blog, multimedia,  animasi, film, aplikasi dan sebagainya.  Itu semua bisa dipakai.

 Bagaimanakah belajar online efektif yang memudahkan untuk para pengajar, murid dan mahasiswa.karena mungkin melihat situasi dan kondisi saat ini masih belum bisa masuk ke sekolah maupun ke kampusnya masing-masing. Melihat perkembangan kasus covid’19 , contohnya,  Universitas Indonesia, melaksanakan pembelajaran online nanti sampai akhir semester.

Menurut beliau untuk belajar online cara belajar efektif, ada jutaan referensi yang bisa kita cari. Tetapi tergantung dari masing-masing individualnya,   bagaimana cara mereka melakukan pembelajarannya. Karena setiap orang belajar model belajarnya juga berbeda-beda. Ada yang cenderung ke audio, visual, dan kinestetik.  Intinya pendidikan itu harus belajar, dengan bagaimana caranya belajar.


Dan model-model pendidikan yang terbaru itu,  sekarang untuk mendapatkan  ijazah SMA , itu bisa ditempuh berbarengan. Misalnya sekolah  dari Amerika , maka bisa juga ditempuh dengan yang di Indonesia. Sehingga ketika lulus nantinya akan mendapatkan 2 ijasah, dan dilakukan  secara online. Termasuk di Perguruan Tinggi jenjang  S1 , S2 dan S3 sekarang juga bisa dilaksanakan secara online. Tidak harus tatap muka,  tapi isi dari pembelajaran nya bukan hanya tentang konten, bukan hanya melihat video atau animasi  saja. Tapi justru bagaimana karya yang dihasilkan itu bisa bermakna. Jadi ujungnya adalah karya. Kalau mau pembelajaran yang efektif, kalau sudah menghasilkan karya, itu dikategorikan efektif daripada hanya belajar teori.

Satu hal yang penting buat para orang tua,  ini  suatu momen yang tepat untuk me reset lagi pola pendidikan kita.  salah satu hal yang membuat kualitas pendidikan kita atau menjadi wisata terindah di dunia, karena kebanyakan orang tua Indonesia itu mindsetnya dalam mendidik anak itu outsourcing. Memberikan dan meng outsourc ke tempat lain, entah itu sekolah, entah itu bimbel, guru les dan lain sebagainya.

Padahal kalau kita bandingkan dengan salah satu negara yang disebut mutu pendidikannya  terbaik, contohnya di Finlandia. Kuncinya justru di pendidikan dari orang tua. Kenapa di Finlandia, tidak pernah dikasih PR, tidak butuh PR,  karena mereka dari anak-anak sudah dibiasakan untuk membaca.  Sedangkan di Indonesia, anak-anaknya di negara yang sangat tidak suka membaca.

Bagaimana menyikapi pendidikan di masa seperti ini, adalah satu hal yang bisa dilakukan oleh para orang tua, masyarakat, anak-anak di masa harus belajar dalam jaringan.   Satu hal di dunia pendidikan kita yang sangat lemah, yaitu kemampuan membaca.  Berdasarkan survei kita menempati posisi nomor dua dari bawah nomor 60 dan 61 negara dari kemampuan berliterasi .Kenapa karena tadi anak-anak kita dan  masyarakat kita tidak suka membaca. Dan satu hal yang bisa dilakukan di saat seperti sekarang harus belajar di rumah,dan  kerja dari rumah. Ini setiap warga bisa mengambil satu Jam saja dari 24 jam tiap hari untuk sama-sama membaca.

Jadi mengambil waktu yang tenang,  untuk membaca buku.  Yang dibaca bukan baca WhatsApp, tetapi baca buku. Sebenarnya banyak buku online juga ada, jutaan ebook yang gratis di internet bisa diambil untuk membiasakan dan meningkatkan kemampuan literasi kita.   Dan sebenarnya inilah bedanya Indonesia dengan Finlandia.  Finlandia menjadi salah satu negara dengan kualitas pendidikan yang sangat baik, selalu terbaik di dunia.  Karena mereka punya budaya membaca dan budaya membaca itu dimulai dari keluarga.  

Makanya anak di Finlandia tidak perlu dikasih PR, karena mereka pulang sekolah pun akan selalu baca,  dan berbicara dengan orang tuanya.  Jadi membaca sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka,  sedangkan kita harus dipaksa dulu baru mau belajar. Harus dipaksa dulu, bila ada tes,  baru mau belajar.

Jadi sisi positif dari wabah ini, kita bisa me reset ulang. Supaya pendidikan kita bisa lebih baik dan pendidikan itu yang utama mulai dari keluarga. Kalau di masyarakat kebanyakan mindsetnya dalam pendidikan itu orangtua outsourcing. Artinya orang tua membaik dan pendidikan itu yang utama butuh guru les. Padahal pendidikan yang baik sebetulnya boleh dari keluarga itu sendiri. Dan mungkin waktu yang sekarang bisa kita mulai lagi.

 Kita berharap semoga masalah yang terjadi bukan cuma di Indonesia, tetapi juga di dunia ini segera berakhir. Jika satu hal buruk menimpa, jadikanlah itu suatu pelajaran. Anggaplah semua musibah yang  terjadi, dalam hidup kita, itu merupakan ujian dari Alloh SWT. Janganlah menjadikan masalah kecil untuk menyalahkan kehidupan kita, karena Alloh SWT, tidak pernah memberikan kehidupan yang buruk ke pada umatnya.


v Mulailah dengan pikiran yang positif dan hati yang bersyukur, karena semua akan tersa lebih ringan dan memudahkan. Saat banyak rintangan yang menghadang, hatipun tetap merasakan kehangatan dan kebahagiaan.




# Live streaming JAKTV#Generasi Micin#
# Keep Spirit, keep sharing and keep loving
#part.16
#sitifatonah






2 comments:

  1. Terima kasih Om Jay....
    Panjenengan selalu memberikan Suport dan motivasi yang luar biasa...

    ReplyDelete
  2. https://sitifatonah2019.blogspot.com

    ini alamat blog sayaOm jay...

    ReplyDelete